Pelajaran Berharga dari Pengembala Kambing

Kawan-kawan, di hari Jum’at ini mang uDien mengajak diri sendiri dan kawan-kawan untuk menyimak suatu kisah yang nyata, kemudian merenungkan, menghayati dan mengambil hikmahnya. (pic pengembala hanya ilustrasi, sumber di sini) ____________________________________

Dari Abdullah bin Dinar r.a. berkata : Saya pergi bersama Ibnu Umar r.a. ke Makkah, ditengah perjalanan, kami berhenti sebentar untuk istirahat. Tiba-tiba ada seseorang anak gembala turun dari bukit menuju ke arah kami, Ibnu Umar r.a. bertanya kepadanya ; “Apakah kamu penggembala”, “Ya” …jawabnya. Lanjut Ibnu Umar r.a. lagi ; “Juallah kepada saya seekor kambing saja.” (ibnu Umar r.a. ingin mengetahui kejujurannya) Penggembala menjawab : “Saya bukan pemilik kambing-kambing ini, saya hanyalah hamba sahaya”. “Katakan saja pada tuanmu, bahwa ia dimakan srigala,” kata Ibnu Umar r.a. membujuk. “Lalu dimanakah Allah Azza wa-Jalla?” jawab penggembala mantap (Ibnu Umar r.a. bangga dengan jawaban penggembala) dan bergumam ; “Ya, benar dimanakah Allah SWT ?” Kemudian beliau menangis dan dibelinya hamba sahaya tadi lalu dimerdekakan. (Thabrani rijalnya Tsiqqoh. III/216)

___________________________________________________

Mang uDien tertegun dengan jawaban pengembala kambing tersebut. Walau seorang hamba sahaya tetapi hatinya sudah mencapai ihsan. Dia merasa diawasi oleh Allah SWT. Hmmm … begitu jauhnya diri mang uDien dari sikap yang demikian itu. Ternyata, keindahan dan kebahagiaan hidup tidak terukur oleh materi, tetapi sejauh mana seseorang takwa kepada Alloh SWT. Walaupun seorang hamba sahaya pengembala domba, tetapi hatinya merdeka … yaaa … merdeka dari perbudakan duniawi, hanya Allah SWT  saja yang jadi penguasa jiwanya.

______________________________________________________

Catatan: ( TRIT INI SUDAH DI UP DATE )

Kisah di atas merupakan terjemahan bebas, ada beberapa terjemahan yang mang uDien dapatkan, satu di antaranya yang mang uDien kutip di atas, kemudian ada versi lain yang lebih panjang, tetapi mang uDien tidak memfokuskan masalah itu – karena ada ahlinya – Intinya adalah mang uDien ingin mengajak bersama-sama memaknai dari kisah ini untuk dijadikan sikap, yaitu MERASA DIAWASI OLEH ALLAH SWT., terutama tatkala ada godaan untuk berbuat tercela. Berikut sumber dan referensi sehubungan dengan kisah di atas :

26 responses to “Pelajaran Berharga dari Pengembala Kambing

  1. wow,,……………………..orang idnoensia????? korupsi aja rame2

  2. wes ra oleh pertamaxx

  3. mugi2 urang sadaya d pasihan kakiatan kang !!! amin ,,

  4. tak ada manusia yang sempurna,pimpinlah diri kita sendiri menuju kebenaran hakiki baru kita pimpin orang-orang di sekitar kita ber amar ma’ruf nahi munkar.insya allah !!!!!

  5. Amien
    *naonna?

  6. Bangsa kita sdh krisis perasaan diawasi Allah..

  7. Koreksi Masbro..pengembala domba
    Di Arab jarang ada yg namanya kambing, yang ada Domba.
    DIsono suhu gurun malam2 ekstrem. Kambing cuman banyak di daerah sekitar palestina ama Turki aja..

  8. @hndy12
    Bener masbro. Nabi aja pengembala domba..
    Kambing cuman ada dipesisir utara arab, bukan di wilayah gurun kayak hejaz..
    http://id.wikipedia.org/wiki/Kambing

  9. Alangkah bagus sekali apabila setiap kita yang membawakan riwayat apakah itu hadits maupun atsar shahabat, maka dibawakan pula isnadnya dan rawi yang meriwayatkannya agar dapat deketahui nanti darimana sumber dari riwayat tersebut , sehingga dapat diperiksalah kisah-kisah tersebut sah atau tidaknya oleh ahlinya sesuai kaidah yang ada didalam ilmu riwayat yang terkenal dengan nama ilmu musthalahul hadits. Karena dalam Islam setiap berita yang datang itu sangat ketat sekali pemeriksaannya oleh para ulama demi menjaga kebersihan agama ini dari sumbernya. Kalau dalam perkataan yang bersifat dunia saja kita dituntut untuk menyebutkan referensi dari perkataan tersebut yang merupakan syarat ilmiyyah diterimanya perkataan tersebut, maka terlebih lagi dalam urusan agama ini maka lebih utama lagi. atas perhatiannya mang udin yang jenaka saya ucapkan terima kasih. wasssalamu ‘alaikum.

  10. Barakallahu fikum, mang udin. Inilah pentingnya dengan merujuk langsung kepada periwayatnya. Dan ternyata yang dikisahkan disana adalah Abdullah bin Umar yang dikenal dengan panggilan Ibnu Umar, putra dari khalifah yang mulia Umar bin khatab radhiyallahuanhum. Terrimakasih atas kelengkapannya mang udin, dan semoga saya, mang udin dan kawan-kawan sekalian senantiasa merasa diawasi oleh Allah Tabaraka wata’ala.

    • Terimakasih juga kawan, silakan terus kasih masukan kepada mang uDien.
      ___________________
      * Ketika mang uDien remaja, mang uDien sangat terkesan dengan kisah ini sampai sekarang. Namun mang uDien agak lupa lagi, apakah Umar bin Khattab r.a. atau ibnu Umar, ketika Search mang uDien mendapatkannya di link ini :

      http://politik.kompasiana.com/2010/08/11/puasa-ramadhan-sebagai-wahana-pendidikan-anti-korupsi/

      Namun di link ini tidak ada rujukan yang jelas, sedangkan setelah mang uDien teliti ternyata riwayat-riwayat yang jelas rujukannya menyebutkan bahwa Ibnu Umar r.a. bukan Khalifah Umar bin Khattab r.a.

      Btw: Sekali lagi terimakasih telah mengingatkan ….

  11. Sip2 markusip. Eh kang udin warung rt agak spei gak ada celotehan kang udin sama pak rt nih apa kalian sudah bercerai ? Oh…. ;(

  12. Mangudin memang bukan pengmbala kambing, tapi pnjual LPG 😀

  13. Terjemahan bahasa indonesia ada yg mengartikan kambing ada yg mengartikan domba Mang Udien..Coba aja di search
    Kemungkinan unsur pengaruh kebiasaan disini yg biasanya gembala kambing. Lebih dekat kepada audiens kali yaa…
    Tapi meliat kebiasaan di daerah hejaz. Ya jelas pengembala domba
    Qurban juga biasa pake domba. Bayar Dam haji pake domba. ampe import domba australia segala.
    Kalo terjemahan ke bahasa Ingris dah jelas jadi sheep
    Kalo disini bisa kambing atau domba karena dianggap sama . Padahal beda hehe

    • Yupz … betul masbro, mungkin pengaruh kebiasaan, seperti di daerah Jawa Barat : kambing itu disebut EMBE 😀 , sedangkan domba tetap disebut DOMBA, tapi itu untuk yang “ngeh”, sedangkan yang tidak “ngeh” mah embe ataupun domba seolah-olah tidak ada bedanya …. tapi karena ini hasil terjemahan orang lain, mang uDien kutip apa adanya …. Namun bagi yang “ngeh” bisa memaklumi bahwa kambing dan domba itu beda … thank masbro atas koreksinya, ini jadi bahan diskusi yang menarik, setidaknya hal ini dibahas di kolom diskusi, dan mudah-mudahan jadi banyak yang ngeh, sebab kalau tidak dibahas di kolom diskusi maka tidak ada case yang bisa diangkat untuk didiskusikan sehingga kebiasaan itu akan sulit mengoreksinya ….. 😀

  14. andaikan….
    para penggembala pemerintahan berperilaku seperti si penggembala kambing tadi, istiqomah dengan jabatan yang disandangnya, maka Insya Allah keberkahan buat seluruh bangsa tercinta ini..

Tinggalkan komentar