Inspirasi Lorenzo dan Stoner buat Yamaha

Fiuuuhhh … mang uDien sampei geleng-geleng kepala memperhatikan sepak terjang AHM (Honda) dalam melancarkan “serangannya” terhadap kompetitor. Strategi sandwich dan strategi kuncian cukup ampuh dan smart dalam upaya melumpuhkan yamaha. Dan terbukiti, bebek honda kembali menguat dan semakin sulit dikejar oleh yamaha. Apalagi dengan diluncurkannya new blade yang disinyalir mampu head to head dengan new jupiter z, tentunya akan makin merepotkan bebek yamaha. Kemudian tahta skutik pun harus rela dilepaskan mulai dari beregu sampai perorangan.

Namun demikian masih ada kekuatan yamaha yang masih sulit ditumbangkan yaitu V-ixion. Tapiiiii ….. V-ixion pun mulai digoyang-goyang oleh NMP.

Dari uraian di atas mang uDien bisa mengambil kesimpulan bahwa walaupun yamaha kini semakin melorot ms-nya bukan berarti yamaha sudah lumpuh. Yamaha masih menyimpan potensi yang masih bisa dikembangkan. Kuncinya apa? Ada dua :

(1)   Yamaha bisa belajar dari Lorenzo, yang mana Lorenzo mempunyai mental yang tahan banting, tidak mudah menyerah dan pandai/cerdik memanfaatkan situasi, tapi sayang kemampuan M1 belum sepadan dengan RC212V. Maka titik lemah inilah yang harus diperkuat.

Pelajaran yang bisa diambil dari Lorenzo adalah : perkuat produk yang sudah ada dan terkenal tangguh yaitu Mio dan V-ixion misalnya. Umpamanya dengan menambahkan fitur-fitur dan minor change pada designnya. (IMHO)

(2)   Yamaha bisa belajar dari Stoner ketika balapan di Laguna Seca. Waktu itu Stoner tidak terpengaruh dengan rival-rivalnya, dia focus terhadap kemampuannya dan belajar dari kesalahannya yaitu menghindari ban gundul.

Pelajaran yang bisa diambil dari Stoner adalah : Jangan terburu-buru dalam merilis suatu produk, jangan mudah terpancing (contoh keterpancingan yamaha adalah dengan ikut-ikutan merilis Lexam untuk mengcounter revoAt). Tapi pelajari dulu kelemahan lawan, lalu action. Dalam hal ini penambahan kapasitas produksi Byson merupakan langkah yang bijak. Lalu disinyalir perilisan fino merupakan langkah yang cukup smart. (IMHO)

Nah, itulah pendapat awam-uDien, kalau ada yang tidak sependapat jangan marah yah – ntar cepet tuwek (kidding bro). Nah apakah akang-akang punya pendapat lain, apakah perlu belajar pula kepada pembalap lainnya? Yang jelas mang uDien tidak menyarankan belajar dari jagoan mang uDien … ya itu dech si jago nDlosor aka Simoncelli …. Silakan share pendapat akang-akang semoga bermanfaat…

Sumber pic Lorenzo dan Stoner dari detiksport.

______________________________________________________